TENGGARONG – Di tengah bentang alam rawa alami Kecamatan Muara Badak berdiri Desa Sungai Bawang, yang menjadi pusat pelestarian budaya Dayak Kenyah. Tak sekadar mempertahankan adat istiadat, desa ini juga menjelma sebagai panggung kebudayaan yang terus berdetak setiap pekan.
Dikenal sebagai salah satu desa adat Dayak Kenyah, Sungai Bawang menjunjung tinggi warisan tradisi leluhur dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari gotong royong dalam membangun rumah hingga ritual adat untuk menghormati alam dan roh leluhur tetap dilestarikan oleh masyarakat setempat.
Nama “Sungai Bawang” berasal dari bahasa Dayak Kenyah, yang berarti wilayah berair dan dikelilingi rawa. Sebutan itu bukan sekadar nama, tapi cerminan langsung dari kondisi geografis desa yang dikelilingi alam asri dan masih terjaga.
“Desa ini tidak hanya menyimpan kekayaan budaya, tapi juga punya nilai jual sebagai destinasi wisata adat,” ujar Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwisata Kukar, Ridha Fatrianta, Rabu (21/5/2025).
Salah satu daya tarik utama di Sungai Bawang adalah pertunjukan budaya yang digelar setiap Minggu. Beragam tarian khas Dayak Kenyah seperti Datun Menoq, Kancet Lasan, Nyelama Sakai, Uyan Uma, Man Sekut, dan Leleng ditampilkan secara bergiliran oleh para penari lokal yang mengenakan busana adat, diiringi petikan sapeq, alat musik tradisional Kalimantan.
Menurut Ridha, Dispar Kukar telah beberapa kali mendukung kegiatan festival di desa tersebut. Ia menyebut keberlangsungan pertunjukan ini sebagai langkah konkret dalam merawat budaya sekaligus mendorong potensi pariwisata desa.
“Pertunjukan budaya rutin ini bukan hanya upaya pelestarian, tapi juga bentuk promosi kearifan lokal kepada wisatawan,” tutup Ridha. (adv)