TENGGARONG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutai Kartanegara (Kukar) mengeluarkan peringatan potensi bencana alam berupa banjir di wilayah Kukar. Terutama mengantisipasi banjir kiriman yang sempat meluap di kabupaten tetangga, Mahakam Ulu (Mahulu).
Sejumlah imbauan dikeluarkan. Diantaranya meminta masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai, di parit atau drainase dan di selokan agar tidak menyumbat aliran air ketika intensitas dan debit air meningkat saat hujan.
Selain itu, juga meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama saat intensitas hujan yang tinggi, untuk tidak berteduh di bawah pohon. Karena dikhawatirkan dan berpotensi terkena sambaran petir saat hujan.
Juga meminta pengguna jalan raya agar lebih berhati-hati dan memprioritaskan untuk tidak melalui jalan yang tergenang air, serta tidak mendekat di lokasi gardu listrik atau tiang listrik untuk menghindari potensi adanya konsleting.
Terakhir, meminta masyarakat ketika genangan air mulai masuk rumah untuk mengamankan dokumen atau surat-surat penting dan berharga. Selain itu bergegas mematikan aliran listrik dan memindahkan alat-alat elektronik di tempat yang lebih tinggi.
“Masyarakat yang terdampak banjir dan membutuhkan bantuan untuk transportasi ataupun kebutuhan yang lain, bisa menghubungi pemerintah setempat atau menghubungi tim BPBD Kukar,” ujar Kepala BPBD Kukar, Setianto Nugroho Aji.
Secara resmi, BPBD Kukar juga menyiapkan hotline untuk bisa dihubungi oleh masyarakat. Yakni melalui petugas bernama Eko dengan nomor telepon 081210105794 dan Nanang dengan nomor telepon 081210105631.
Sebelumnya, BPBD Kukar telah mengirim tim terdiri 7 personel untuk melakukan pemantauan di Kecamatan Tabang dan Kecamatan Kembang Janggut, yang berpotensi merasakan banjir kiriman dari Mahulu. Tim berangkat dari Kecamatan Tenggarong sejak Kamis (16/5/2024) malam dan tiba pada Jumat (17/5/2024) subuh. Mereka bertugas memantau kondisi ketinggian air, terutama di Kecamatan Tabang dan Kembang Janggut.
BPBD Kukar juga meminta beberapa kecamatan di hulu Kukar untuk melakukan pemantauan kondisi ketinggian air. Ini menjadi bahan pertimbangan dan kepastian bagi masyarakat, relawan, dan aparat setempat dalam menghadapi potensi banjir. “Bencana alam memang sulit diprediksi, tapi kami berupaya siap untuk memberikan bantuan atau mengurangi dampak yang terjadi,” tutupnya. (adv)