Sabtu, Oktober 5, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Angka Stunting Naik, Dinkes Sebut Pengaruh Pola Asuh Orangtua

BONTANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bontang mempublikasi data stunting, Kamis (3/10/2024). Menurut e-PPGBM sebuah aplikasi yang diakses oleh kader posyandu secara real time, kasus stunting di Kota Bontang mengalami kenaikan menjadi 20,6 persen pada Agustus 2024.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes, Bambang Sri Mulyono menjelaskan, pola asuh orang tua sangat berpengaruh pada angka stunting. Pasalnya pada Juli 2024 angka stunting sudah turun hingga 18 persen.

Ia juga mengungkapkan, tingkat kunjungan ke posyandu sangat rendah, karena para orangtua memikirkan perspektif stunting yang negatif, hingga takut dipandang sebelah mata oleh orang lain.

“Mereka keburu mikir tidak mau ke posyandu, karena kalau datang ke sana tiba-tiba dibilang stunting. Padahal rutin ke posyandu dapat menyelamatkan anak dari stunting itu sendiri,” jelasnya.

Para orangtua katanya, memilih untuk tidak kembali ke posyandu, saat kader posyandu menyatakan sang anak stunting. Bahkan banyak yang tidak terima karena merasa sudah memberi makan anaknya dengan baik.

“Pola asuh yang terutama, anak bisa saja tumbuh sehat, tapi mereka tidak tahu apakah sang anak bisa diajak berfikir, karena nutrisi tidak melulu anak berhasil tumbuh tapi bagaimana cara otak bekerja dengan baik,” tambahnya.

Stunting merupakan hal yang darurat di Indonesia, termasuk Kota Bontang. Jika anak terkena stunting tentu akan mempengaruhi masa tumbuh kembang hingga dewasa.

“Memangnya kalau pendek karena stunting bisa ngejar cita-citanya yang pingin jadi polisi? Kan nggak bisa. Bukan cuma  masalah tinggi, tapi akademis juga bisa berantakan,” tambahnya.

Untuk itu ia berpesan pada orangtua bahwa stunting bukanlah aib, justru kita harus mensupport mereka untuk terus memperhatikan nutrisi. Jangan pernah menganggap stunting adalah aib. Bagaimana bisa disembuhkan jika anaknya disembunyikan. (adv)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER