SAMARINDA – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menjadi ancaman bagi Kalimantan Timur (Kaltim) meskipun beberapa daerah sudah mulai diguyur hujan. Berdasar data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltim sampai 14 September 2023, luas karhutla di Kaltim mencapai 1.323,15 hektare.
Data tersebut menunjukkan karhutla di Kaltim sudah melampaui luas lahan yang terbakar pada tahun 2022, yaitu seluas 1.200 hektare. Sementara per 1 Oktober 2023, BPBD Kaltim mencatat ada sebanyak 414 kejadian karhutla di seluruh kabupaten dan kota di Kaltim.
Anggota Komisi I DPRD Kaltim, Jahidin menyebut karhutla di Kaltim tidak hanya merugikan lingkungan, tetapi juga kesehatan dan ekonomi masyarakat. Karena itu, pemerintah diminta menindak tegas pelaku karhutla, baik yang disengaja maupun tidak.
Namun, menurut Jahidin, karhutla di Kaltim tidak semuanya disebabkan oleh ulah manusia. Ada faktor alam yang juga berperan, seperti lahan dan batu bara yang bisa menyala sendiri karena panas.
“Tidak semua karhutla di Kaltim karena ulah masyarakat. Kadang juga karena batu bara yang terbakar sendiri. Api itu bisa tumbuh dari panasnya batu bara,” kata Jahidin.
Jahidin menjelaskan, batu bara di Kaltim memiliki kandungan gas metana yang mudah terbakar. Apabila terkena panas matahari atau gesekan, batu bara bisa terbakar dan menyulut api di sekitarnya.
“Batu bara itu ada di bawah tanah, jadi tidak kelihatan. Kalau terbakar, api bisa merambat ke permukaan dan membakar lahan atau hutan,” ucapnya.
Jahidin menambahkan, karhutla karena batu bara sulit dipadamkan karena api bisa terus menyala di bawah tanah. “Kalau api dari batu bara, tidak bisa dipadamkan dengan air. Harus ditutup dengan tanah atau pasir. Tapi itu juga tidak mudah, karena api bisa muncul lagi di tempat lain,” katanya.
Untuk mengatasi karhutla, Jahidin mengimbau pemerintah untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya dan dampak karhutla, serta cara mencegah dan mengatasi api.
Ia juga berharap, masyarakat lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. “Sosialisasi ke masyarakat itu penting, karena tidak semua masyarakat tahu. Kita perlu memberi tahu dan mengajari mereka,” pungkasnya. (adv/dprdkaltim)